Rabu, 27 Oktober 2021

Meningkatkan Kemampuan Literasi Baru dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Perkembangan teknologi informasi telah memasuki fase baru yang disebut dengan revolusi industri 4.0. Kehadiran industri generasi keempat ini ditandai dengan pengaplikasian kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) . Penggunaan AI dalam beberapa bidang perkerjaan seperti perbankan dan otomotif telah mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja. Berdasarkan data dari Jaringan Komunikasi Serikat Pekerja Perbankan Indonesia (Jarkom SP Perbankan) sejak 2016 hingga 2018 sebanyak 50.000 karyawan bank terkena PHK. Hal ini sejalan dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa terjadi kenaikan angka pengangguran lulusan sarjana dari 618.758 (2017) menjadi 729.601 (2018) . Tingginya angka pengangguran disebabkan oleh tidak relevan nya profil lulusan sarjana dengan kebutuhan industri. Negara dengan jumlah penduduk besar berpotensi mengalami kenaikan tingkat pengangguran di era industri 4.0. Indonesia sebagai negara berkembang diprediksi akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2030-2040. Bonus demografi merupakan kondisi dimana jumlah penduduk suatu negara mayoritas berusia produktif (15-64 tahun). Diperkirakan jumlah penduduk usia produktif mencapai 64 persen dari total populasi penduduk yang diproyeksikan mencapai 297 juta jiwa . Tugas bangsa Indonesia saat ini adalah mempersiapkan SDM yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja industri 4.0. Oleh karena itu, perlunya peningkatan kemampuan literasi baru berupa literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia sebagai penunjang literasi dasar seperti membaca dan menulis. Perkembangan literasi menjadi sangat penting diperhatikan, karena literasi merupakan awal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk menjalani hidup di masa yang akan datang. Kemampuan beradaptasi di era industri 4.0 ditentukan oleh sejauh mana penguasaan terhadap literasi baru. berikut pentingnya penguasaan literasi baru bagi generasi muda: 1. Literasi Data Literasi data merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk membaca, menganalisis, dan membuat konklusi berpikir berdasarkan data dan informasi (big data) yang diperoleh. Era digital saat ini telah menjadikan data sebagai bagian penting dari peradaban. Data menjadi sumber laba bagi para pelaku bisnis digital. Kemampuan analisis big data memungkinkan perusahaan memetakan perilaku konsumen, menentukan segmentasi pasar dan berinovasi menciptakan produk baru. 2. Literasi Teknologi Literasi teknologi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk dapat memahami cara kerja mesin. Menggunakan aplikasi teknologi dan bekerja berbasis produk teknologi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 143,26 juta penduduk . Penguasaan teknologi digital menjadi skill yang sangat dibutuhkan di pasar kerja industri 4.0. 3. Literasi Manusia Literasi manusia merupakan tingkat kemampuan seseorang terkait dengan kemampuan komunikasi, leadership, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif. literasi jenis ketiga ini menjadi kunci dasar keberhasilan menguasai dua literasi sebelumnya. Karena hanya nilai-nilai kemanusiaan lah yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Terjadi suatu dilema di negeri ini ketika tingkat literasi dasar (membaca dan menulis) masih sangat rendah, sedangkan tuntutan zaman mengharuskan menguasai tiga jenis literasi baru. Berdasarkan data Programme for International Student Assesment (PISA), Indonesia berada di peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca, di perkirakan dari 1000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rutin membaca buku . Problematika ini bukan hanya tanggug jawab pemerintah dan institusi terkait, diperlukan adanya kolaborasi dari seluruh lapisan masyarakat agar terciptanya budaya literasi yang baik, demi mewujudkan cita-cita konstitusi “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kolaborasi elemen masyarakat dalam meningkatkan literasi bangsa dapat dilakukan dengan rumus ABCGM (Akademisi, Business, Community, Government, dan Media). Akademisi memiliki tanggung jawab penting dalam meningkatkan kemampuan literasi pelajar/mahasiswa. Businessman (wirausaha) berperan dalam pembinaan teknologi digital bagi generasi muda. Community atau komunitas berbasis digital telah banyak tumbuh dan berkembang dibeberapa daerah. Government (pemerintah) melalui kementrian perindustrian telah membuat grand design “Making Indonesia 4.0” yang dijabarkan dalam 10 prioritas nasional. Media sosial saat ini hampir seluruh rakyat Indonesia dapat mengaksesnya, pemanfaatan media sosial sebagai sarana edukasi digital merupakan cara yang efektif. Kolaborasi ini hanya akan terbangun jika muncul kesadaran bersama bahwa membangun literasi bangsa tidak hanya tugas sekelompok orang, melainkan tugas dan tanggung jawab bersama. Penutup dari tulisan ini, penulis mengutip sebuah pesan dari mantan presiden ke 3 Indonesia bapak B.J Habibie, “Hanya anak bangsa sendirilah yang dapat diandalkan membangun Indonesia, tidak mungkin kita mengharapkan dari bangsa lain”

Optimalisasi Pengendalian Angka Kelahiran dalam Menekan Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan yang dinamis antara kekuatan – kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan mengurangi jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh beberapa komponen seperti kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi masuk dan migrasi keluar (BKKBN, 2011). Pertumbuhan penduduk yang cepat dapat berdampak kepada meningkatnya kepadatan penduduk, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan secara menyeluruh. Sumber daya alam yang ada di lingkungan jumlahnya terbatas. Jika jumlah organisme melebihi batas, maka sumber daya alampun akan menipis dan terjadilah permasalahan lingkungan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa di sertai pertambahan produksi akan menjadi beban yang berat bagi pemerintah daerah. Padatnya penduduk suatu daerah akan menyebabkan ruang gerak suatu daerah semakin sempit, hal ini di sebabkan manusia merupakan bagian integral dari ekosistem, di mana manusia hidup dengan mengeksploitasi lingkungannya. Pertumbuhan penduduk yang cepat meningkatkan permintaan terhadap sumber daya alam. Hal ini di ibaratkan seperti lilin, yang cepat akan membakar lilin dari kedua ujungnya. Sehingga batang lilin itu akan cepat meleleh dan habis. Konsekwensinya adalah berubahnya salah satu atau beberapa komponen dalam ekosistem, mengakibatkan perubahan pada interaksi komponen-komponen itu, sehingga struktur organisasi dan sifat-sifat fungsional ekosistem akan berubah pula (Wijono 1998:5). Kalimantan timur merupakan daerah transmigrasi yang mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk di Pulau Borneo (sebutan bagi pulau Kalimantan) tinggi. Dalam sosialisasi hasil penilitian pengembangan penduduk, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, Sukaryo Teguh Santoso mengemukakan, laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Kaltim dan Kaltara mencapai 3,8 persen pertahun, lebih tinggi dari angka rata-rata nasional yang hanya mencapai 1,49 persen pertahun. Oleh karena itu, penulis merasa wajib berkontribusi untuk perbaikan Kaltim, dengan menghasilkan karya tulis ini, agar dapat di pergunakan sebagaimana mestinya. A. Pengertian Penduduk dan Lingkungan Penduduk adalah semua orang yang biasanya tinggal di suatu tempat atau rumah tangga 6 bulan dan lebih atau yang belum 6 bulan namun berniat untuk menetap (KBBI). Sedangkan dalam amanat UUD 1945 di jelaskan bahwa Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Kata pelestarian berasal dari kata “lestari” yang berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, bertahan kekal. Kemudian mendapat tambahan pe dan akhiran an, menjadi pelestarian yang berarti proses, cara, perbuatan melestarikan, perlindungan dari kemusnahan dan kerusa-kan, pengawetan, konservasi, pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan manjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Keseimbangan Lingkungan adalah suatu tatanan alam, berisikan pola-pola pengaturan antar komponen biotik, abiotik, dan kulture (budaya) serta dipengaruhi oleh intensitas matahari serta pola gravitasi bumi dan berbagai implikasinya, merupakan suatu sistem alam yang disebut. Memelihara kelestarian alam adalah melindungi keaslian lingkungan alam agar tetap terjaga dari segala hal-hal yang merusaknya, sehingga generasi selanjutnya dapat memanfaatkan dengan baik pula. B. Dampak Tingginya Pertambahan Penduduk Jumlah penduduk bisa menjadi potensi yang besar dalam melakukan proses pembangunan, karena dalam nilai universal penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Hal ini bisa terjadi jika jumlah penduduk yang besar dengan komposisi dan distribusi yang lebih merata disertai dengan kualitas yang baik dan memadai akan menjadi pendorong kemajuan pembangunan. Beberapa literatur ekonomi dan teori pertumbuhan menunjukan, pertumbuhan penduduk merupakan faktor penting pendorong pertumbuhan ekonomi. (Barro dan Martin, 2003). Pembangunan berkelanjutan yang selama ini di dengung-dengungkan setiap daerah, tentunya tidak hanya membangun fasilitas-fasilitas umum, juga harus memperhatikan aspek kehidupan yang lain, agar terciptanya keseimbangan lingkungan. Dilihat dari perspektif ekologis bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat dapat menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan secara menyeluruh. Menurut Soemarwoto (1991:230-250) bahwa secara rinci dampak kepadatan penduduk sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah domestik. Dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang persatuan luas bertambah. Karena itu, jumlah produksi limbah persatuan luas juga bertambah. Dapat juga dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi konsentrasi produksi limbah. 2. Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri dan transport menghasilkan berturut-turut limbah industri dan limbah transport. Di daerah industri juga terdapatkepadatan penduduk yang tinggi dan transport yang ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah domsetik, limbah industri dan limbah transport. 3. Akibat pertambahan penduduk juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan. Kenaikan kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan intensifikasi lahan pertanian, antara lain dengan mengunakan pupuk pestisida, yang notebene merupakan sumber pencemaran. Ekploitasi hutan untuk membuka lahan pertanian baru banyak dilakukan. Akibatnya daya dukung lingkungan menjadi menurun. Bagi mereka para peladang berpindah, dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang sedemikian cepat, berarti menyebabkan tekanan penduduk terhadap lahan juga meningkat. Akibatnya proses pemulihan lahan mengalami percepatan. Yang tadinya memakan waktu 25 tahun, tetapi dengan semakin meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan maka bisa berkurang menjadi 5 tahun. Saat dimana lahan yang baru ditinggalkan belum pulih kesuburannya. 4. Makin besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan sumber daya. Untuk penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya ini terutama lahan dan air. Dengan makin meningkatnya kebutuhan sumber daya itu, terjadilah penyusutan sumber daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan pencemaran. Makin besar pencemaran sumber daya, laju penyusunan makin besar dan pada umumnya makin besar pula pencemaran. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Soemarwoto, dapat kita tarik kesimpulan menarik. Kerusakan lingkungan di Indonesia disebabkan dari jumlah penduduk Indonesia yang menemus angka 225 juta. Selain pendapat Soemarwoto di atas, efek negatif yang ditimbulkan dari pertumbuhan penduduk yang tinggi adalah : a. Ketersediaan Lahan Provinsi Kaltim memiliki luas wilayah 129.006.64 kilometer, terdiri dari tujuh kabupaten dan tiga kota, serta memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.351.432 jiwa pada tahun 2014. Kepadatan penduduk mendorong peningkatan lahan, baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri, tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk mengatasi kekurangna lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana kehidupan. Selain itu pembukaan hutan perkebunan dan pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi, sesungguhnya kegiatan itu merusak lingkungan. Jadi peluang terjadinya kerusakan lingkungan akan meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan penduduk. Hal ini mengakibatkan hutan-hutan di pulau Borneo setiap tahun mengalami penurunan dari segi kuantitas. Sebagaimana yang terjadi akhir tahun 2015, kebakaran hutan melanda sebagian besar pulau di Indonesia. Pulau Kalimantan menjadi salah satu daerah terparah. Hal ini jika dibiarkan terus menerus akan mengancam kelangsungan hidup generasi mendatang. b. Merusak Ekosistem Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam serta budaya yang luar biasa. Indonesia merupakan negara mega biodiversity kedua setelah Brazil. Indonesia memiliki 42 ekosistem darat dan 5 ekosistem yang khas. Indonesia juga memiliki 81.000 km garis pantai yang indah dan kaya. Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 22 % dari seluruh luas mangrove di dunia (Harian Kompas, 13/01/16). Kegiatan-kegiatan pembukaan lahan yang dilakukan manusia akan mengurangi jumlah tempat tinggal keanekaragaman hayati. Banyak dijumpai kasus pembakaran hutan yang mengakibatkan matinya satwa-satwa liar. Orang hutan merupakan salah satu satwa yang menjadi penghuni hutan Borneo, jumlah orang hutan di Kalimantan timur terus berkurang, hal ini disebabkan karena eksodus pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan hanya berorientasi pada keuntungan, sehingga membakar lahan menjadi jalan terbaik. Penebangan hutan untuk pembukaan lahan baru juga berdampak pada ketidakseimbangan lingkungan, hal ini juga dapat berdampak pada bencana alam. c. Bencana Alam Banjir merupakan permasalahan klasik kota tepian (sebutan untuk kota Samarindah), salah satu penyebab banjir yang di Ibu kota Provinsi terkaya ini adalah minimnya daerah serapan air ketika hujan. Kondisi hutan yang sudah tergerus habis untuk pembukaan lahan kelapa sawit, ditambah kondisi kepadatan penduduk mengakibatkan banjir sudah menjadi jaswal rutin yang harus diterima warga terpian. Pertumbuhan penduduk memiliki dampak baik dalam penyediaan sumber daya, tetapi pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak diikuti dengan peningkatan produksi, perbaikan sarana prasarana, peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, hanya akan menimbulkan ketidakseimbangan alam dan kerusakan lingkungan. C. Faktor-Faktor Penyebab Pertumbuhan Penduduk 1. Kematian (Mortalitas) Logika sederhana yang digunakan adalah jika tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran stabil atau lebih mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk. Biasanya faktor kematian menyumbang angka rendah terhadap pertumbuhan penduduk. 2. Kelahiran (Natalitas) Kepadatan populasi akan bertambah. Angka kelahiran diperoleh dari menghitung jumlah kematian tiap 1000 penduduk per tahun. Meningkatnya jumlah penduduk suatu daerah berbanding lurus dengan tingkat kelahiran bayi di daerah terebut. 3. Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain. Migrasi merupakan salah satu program pemerintah dalam memeratakan populasi penduduk. Daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi akan memicu pencemaran lingkungan. Oleh karena itu perlunya perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduk ke daerah yang jarang penduduk Oleh karena itu, diperlukan cara dalam menekan laju pertumbuhan penduduk yang over convident. Pemerintah dapat mengendalikan lajunya pertumbuhan penduduk dengan menekan angka kelahiran, memperbanyak peluang kerja bagi kaum hawa, perbaikan kualitas pendidikan, kesehatan, komunikasi, transortasi. Memperbanyak transmigrasi, mencegah pernikahan dini, dan sebagainya. D. Strategi Baru Pengendalian Angka Kelahiran Angka kelahiran 2,4 persen merupakan angka yang masih terlalu tinggi sehingga perlu ada upaya untuk menurunkannya. Apakah program KB (Keluarga Berencana) bisa diharapkan untuk menurunkan angka kelahiran? Jawabannya, ya. Namun, pendekatan program KB harus diubah mengikuti perkembangan zaman dan perubahan sosial ekonomi masyarakat. Selain itu, perlu ada program tambahan sebagai pelengkap program KB. Salah satu cara menekan laju angka kelahiran menurunkan angka kematian bayi. Kedua kebijakan itu terlihat tidak saling berhubungan, tetapi mari ditelaah secara seksama. Berdasrkan riset yang dilakukan oleh Teguh Dartantanto terkait permintaan anak di Asia Tenggara dan Asia Selatan, tingginya angka kematian bayi berkorelasi positif dengan tingginya angka kelahiran di mana setiap kenaikan satu kematian bayi per 1.000 kelahiran akan menaikkan angka kelahiran sebesar 0,0183. Korelasi ini menunjukan, orang tua cenderung memproduksi banyak anak, akan memperbesar probabilitas memiliki anak yang bertahan hidup sampai dewasa. Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat 41 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup (menurut SDKI 2007 Angka kematian balita (AKABA) Indonesia adalah 44). Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya, sedangkan pada kawasan SEARO, Indonesia menempati peringkat ke-4 terendah kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. (Artikel LPPM UI, Teguh Dartanto). Untuk menekan angka kematian bayi, tak ada cara lain selain meningkatkan program pelayanan kesehatan ibu dan bayi, meningkatkan asupan gizi ibu dan anak, serta memperluas akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Diyakini, meski secara rata-rata pendidikan ibu-ibu di Indonesia masih rendah, perilaku merasa rasional seperti layaknya agen ekonomi. Kebijakan menurunkan angka kematian bayi sama dengan menurunnya resiko investasi anak sehingga ibu-ibu akan secara sadar menurunkan produksi anak. Strategi kedua adalah memperluas kesempatan kaum wanita untuk bekerja di sektor formal. Seorang wanita pekerja formal akan kehilangan berbagai kesempatan, seperti promosi, bahkan penurunan produktivitas, jika mereka harus berkali-kali hamil dan melahirkan. Perluasan kesempatan kerjadi di sektor formal akan meningkatkan biaya kesempatan (opportunity cost) bagi wanita sehingga mereka secara langsung akan menurunkan produksi anak (Todaro, 1996). Strategi ketiga adalah peningkatan dan perluasan kesempatan pendidikan bagi kaum perempuan. Meningkatnya pendidikan berarti memperpendek usia produktif wanita untuk memproduksi anak, meningkatkan rasionalitas kaum perempuan, dan memperluas kesempatan kaum perempuan untuk bekerja di sektor formal. Peningkatan 1 persen female school enrollement ratio akan menurunkan angka kelahiran 0,0170 (Dartanto, 2009). Strategi terakhir, jaminan sosial hari tua. Salah satu alasan orang tua memiliki anak adalah agar di hari tua ada yang merawat dan membantu secara finansial. Karena itu, para orang tua akan memproduksi banyak anak dan berharap salah satu anaknya sukses secara sosial ekonomi sehingga bisa merawat dan membantu di hari tua. Jika fungsi tersebut bisa diambil alih negara dengan program jaminan sosial hari tua, akan menurunkan kekhawatiran dan memberi kepastian kepada para orang tua terkait kehidupan pada masa tua. Dengan demikian, mereka dengan sukarela menurunkan jumlah produksi anak. Kebijakan pengendalian penduduk/Keluarga Berencana harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Ke depan, kebijakan Keluarga Berencana diarahkan ke bagian hulu, yaitu menyelesaikan faktor penyebab tingginya angka kelahiran. Jika faktor-faktor tersebut bisa diselesaikan, diyakini masyarakat akan menurunkan jumlah anak dalam keluarga. “Anak-anak muda tak bisa hanya menggantungkan diri akan jadi pegawai negeri, pembengkakan populasi penduduk akan makin berbanding terbalik dengan penyediaan lapangan kerja, jadi yang akan tegak hidupnya adalah orang-orang yang bermental wiraswasta, yang tidak priyayi, yang ulet dan bersedia bekerja keras”. Emha Ainun Nadjib Seniman, budayawan, penyair, serta intelektual asal Indonesia. 1953